Gunungmaskab.go.id – Kuala Kurun – Sekretaris Daerah (Sekda) Kabupaten Gunung Mas (Gumas) Yansiterson mewakili Bupati Gumas Jaya Samaya Monong menghadiri Acara Dialog Lintas Borneo yang dilakukan secara virtual dilaksanakan di Aula Lantai I Kantor Bupati Gumas, Rabu siang (21/9/2022).

Acara tersebut mengusung tema Desa Tumbang Anoi Pusat Kebudayaan Dayak di Jantung Borneo, diikuti oleh masyarakat dayak lintas borneo yang juga melibatkan negara tetangga seperti Malaysia dan Brunai Darussalam yang serumpun berada di pulau kalimantan.

Dalam pertemuan tersebut Sekda Gumas Yansiterson mengungkapkan bahwa Desa Tumbang Anoi merupakan basis sejarah suku dayak yang perlu mendapat perhatian serius dari kita semua warga suku dayak untuk mendapat pengakuan negara. Hal itu butuh komitmen yang dibangun dan rencana aksi yang nyata tentang apa yang mau kita lakukan untuk meraih semua itu, mengingat telah dilaksanakannya kegiatan Napak Tilas Rapat Damai di Tumbang Anoi sebanyak dua kali dengan anggaran yang cukup besar namun belum mendapatkan hasil yang nyata yang dilakukan sampai saat ini, layaknya Tanjung Puting diakui sebagai Taman Nasional demikian pula Tumbang Anoi. “Maka melalui forum ini agar menggugah kita semua untuk kembali memaknai lebih dalam Tumbang Anoi ini, terutama bagi kita dayak,” ucapnya.

Lebih lanjut Yansiterson juga menambahkan Pemkab Gumas telah siap dan memiliki rencana induk pengembangan pariwisata kabupaten dan juga memiliki masterplane mengenai Tumbang Anoi, walaupun dilakukan secara bertahap dengan anggaran yang terbatas untuk dipikirkan dan dilakukan bersama-sama. “Kami Pemerintah Kabupaten Gunung Mas sangat terbuka untuk itu dan siap memfasilitasi kita semua terkait itu,” imbuhnya.

Untuk diketahui Pemkab Gumas akan menetapkan Tumbang Anoi sebagai salah satu Masyarakat Hukum Adat, hal itu ditetapkan dengan Keputusan Bupati Gunung Mas yang akan menjadi bahan penting bagi pengembangan Tumbang Anoi selanjutnya. “Dengan harapan bahwa hasil yang didapat dari pertemuan ini, apapun itu akan menciptakan ruang dan kesempatan untuk mempererat ikatan jaringan masyarakat adat dayak yang terdapat di Indonesia, Malaysia dan Brunai Darussalam juga menghidupkan kembali ingatan akan Rapat Damai Tumbang Anoi 1894 yang diketahui oleh dunia secara luas dan lintas borneo serta terbangunnya kesadaran bersama tentang peranan penting kawasan HOB bagi semua makhluk hidup di pulau kalimantan,” pungkas Yansiterson.

Acara ini terselenggara atas dukungan Pemkab Gumas, Forum Masyarakat Adat Heart Of Borneo (Forma-HOB) dan WWF Indonesia.

Turut hadir mendampingi Sekda Gumas dalam pertemuan tersebut, Ketua Harian DAD Gumas Herbert Y. Asin, Kepala Disbudpar Gumas Eigh Manto dan Kepala Bappedalitbang Gumas Yantrio Aulia.