Keberhasilan kemandirian Desa Ponggok membuat Menkeu Sri Mulyani mengunjunginya dan mengahak selfie Kades Ponggok, Junaedi Mulyono. f- hendra kusuma/detik.com
TANJUNGPINANG (suarasiber) – Dengan keuletan dan inovasinya, Junaedi Mulyono, Kades Desa Ponggok, Kecamatan Polanharjo, Klaten, Jawa Tengah ini mampu mengangkat pendapatan daerahnya yang semula Rp80 juta per tahun kini menjadi Rp17,4 miliar. Dana Desa dimanfaatkan secara optimal di sini.
Mulyono diangkat sebagai Kades Ponggok tahun 2006. Dalam tayangannya di Mata Najwa yang diunggah Najwa Shihab di akun Youtubenya 24 Oktober 2018, Mulyono menceritakan bagaimana ia mampu mendongkar pendapatan desa sefantastis itu.
Menurut Mulyono, menjadi Kades pada tahun itu bukan sesuatu yang keren. Namun ia melihat potensi kampungnya luar biasa. Desa Ponggok memang memiliki sumber mata air yang terus mengalir. Sayang belum pernah dirancang agar berkah sumber air itu bisa menjadi modal untuk kesejahteraan warga desa.
Begitu dilantik, Mulyono segera menggandeng mahasiswa dan akademisi yang ada di Ponggok. Bersama aparat desa lain, dilaksanakan pertemuan demi pertemuan. Kades Ponggok yang kini usianya kepala 4 waktu itu mengusulkan ide-ide nyelenehnya.
Memimpin desa dengan PADes Rp80 juta setahun membuat Mulyono berpikir. Kebetulan ia memang mencintai air. Ia mencari-cari ide, dan saat terlintas nama Bunaken, sebuah taman nasional bawah laut di Sulawesi Utara, ia merasa mendapatkan ide.
Namun untuk meniru Bunaken secara persis jelas kesulitan karena secara geografis memang beda. Secara finansial juga berat.
Hebatnya Mulyono, ia memetakan bahwa ada 5 asset di Desa Ponggok. Yaitu sumber daya alam (SDA), sumber daya manusia (SDM), bangunan atau infrastruktur, sosial dan finansial. Semuanya digerakkan olehnya.
“Kebanyakan orang kalau mau membangun desa kan mikirnya selalu finansialnya. Dapat duitnya dari mana, berapa jumlahnya. Padahal asset lain juga bisa dikerahkan,” ujar Mulyono di Mata Najwa, seperti dilansir suarasiber.com dari gooday.id yang khusus mengulas beragam berita keberhasilan.
Bahkan, jika semua asset tadi benar-benar dioptimalkan, Mulyono berani mengatakan desa tak membutuhkan dana desa. Kuncinya, masyarakat harus mau sama-sama membangun desanya untuk kesejahteraan bersama.
Menghadapi dinamikan masyarakat pedesaan, akhirnya Mulyono menikmati jabatannya sebagai Kades Ponggok. Mau keren atau tidak keren tak lagi menjadi persoalan baginya. Apalagi dukungan masyarakat terhadap gagasannya cukup bagus.
Menggunakan Dana Desa yang ada serta semangat gotong royong yang tinggi, akhirnya dibangunlah wahana wisata air yang diberi nama Umbul Ponggok. Dari sebuah desa yang jarang didatangi orang luar, kini Desa Ponggok selalu macet setiap hari Sabtu dan Minggu.
Mulyono, Sang Kades Ponggok ingin semuanya dilibatkan untuk pemasaran. Jika merasa miliknya sendiri yang dipromposikan, pasti semangat melakukannya. Apalagi tahu persis bentuk barang yang dijual kepada publik.
Jadilah pada 2013 desa membelikan smartphone untuk seluruh perangkat di Desa Ponggok, seperti BPD, PKK serta RT dan RW. Sebuah terobosan yang cukup keren, meski awalnya untuk mengisi pulsa saja ada perangkat yang belum tahu caranya.
Para pemuda, termasuk Mulyono mengajarkan teknologi tersebut. Tak butuh waktu lama, bermunculan website, blog serta akun medsos warga Desa Ponggok yang menjual Umbul Ponggok.
“Dari satu dilike, lalu 1.000 dilike, begitu seterusnya hingga sampai seperti sekarang,” timpal Kades Ponggok, Mulyono.
Berdasarkan data dari jumlah tiket yang terjual, pada akhir 2018 Umbul Ponggok didatangi 40 ribu wisatawan per bulan. Dengan harga tiket masuk Rp15 ribu untuk semua wahana, total omzet per bulan Rp600 juta.
Dahulu hanya memiliki beberapa karyawan dengan gaji jauh di bawah UMK setempat, kini Umbul Ponggok memiliki puluhan karyawan dengan gaji melebihi besaran UMK Klaten. Bisa dikatakan tak ada lagi pemuda yang tak bekerja.
Seorang karyawan Umbul Ponggok dari sebuah refrensi lain mengatakan, sekarang tak terlihat lagi bank-bank harian berkeliaran di Umbul Ponggok. Padahal sebelumnya warga Desa Ponggok menjadi incaran para rentenir.
Keberhasilan Umbul Ponggok tak membuat Kades Ponggok, Mulyono berpuas diri. Ia pun memikirkan potensi lain yang semakin bisa menyejahterakan warga Desa Ponggok.
Dalam acara Mata Najwa, diundang juga Direktur BUMDes Tirta Mandiri, Joko Winarno.
Joko menyebutkan ada 11 bidang usaha yang kini dikelola BUMDes. Selain Umbul Ponggok, ada tambak ikan, toko desa, kios dan kuliner, tempat makan semacam resto dibuat gubuk atau gazebo, homestay, rental mobil, jasa event organizer pernikahan, persewaan gedung desa,
“Setiap ada acara pernikahan warga diadakan di gedung desa, dan kami merangkul ibu-ibu PKK untuk menyediakan cateringnya. Jadi melibatkan warga setempat, tidak keluar desa,” tutur Joko.
Mulyono, imbuh Joko, diakuinya memiliki ide yang cemerlang. tambak ikan misalnya, dahulu sepanjang sungai kumuh penuh sampah. Lalu diubah dengan program satu rumah satu empang. Hasilnya, per minggu petani Nila Merah di Desa Ponggok mampu panen 4 ton ikan.
Soal selfie di Umbul Ponggok juga salah satu ide gila Mulyono. Disampaikan Joko, jika pada umumnya selfie di laut atau gunung, Mulyono justru berpikir bagaimana selfie di dalam air.
Akhirnya sepeda motor, televisi, spot foto lain diturunkan ke dalam air. Dan… booming.
Bahkan di Umbul Ponggok juga ada wahana Warrior Adventure, semacam permainan halang rintang yang kerap ditayangkan televisi asing.
Mulyono bisa dikatakan Kades paling bersinar namanya di Indonesia belakangan. Bahklan Menteri Keuangan Sri Mulyani pun tertarik untuk melihat dari dekat Desa Ponggok dan Kadesnya serta mengajaknya selfie.
Seperti pengakuannya di Mata Najwa, melalui video singkat, Menkeu Sri Mulyani begitu turun ke jalan Desa Ponggok sudah melihat suksesnya program pemberdayaan masyarakat yang dilakukan Mulyono.
“Saya sebagai manusia, mengajak selfie itu ekspresi ketulusan saya karena terkesan oleh seseorang yang betul-betul memberikan kepemimpinan yang bisa mengubah masyarakat,” ujar Sri Mulyani dalam video itu, menilai kinerka Kades Ponggok, Mulyono.
Uang itu ada, kata dia. Bahkan sekarang setiap desa mendapatkan kucuran Dana Desa. Namun hanya sedikit yang mampu menciptakan perubahan yang baik. Dan Mulyono salah satu dari sedikit tadi.
Belum habis ide Mulyono. Di dunia pendidikan ia membuat terobosan satu rumah satu sarjana. Setiap warga Desa Ponggok yang kuliah mendapatkan bantuan Rp300 ribu per bulan yang langsung masuk ke rekening yang bersangkutan.
“Kami juga punya Jamkesdes, Jaminan Kesehatan Desa. Di luar TNI – Polri dan Pegawai Negeri, kami akan membayar semua klaim atas pengobatan yang dilakukan warga. Kalau TNI – Polri dan pegawai kan ada dari kantor,” ungkap Mulyono.
Di ujung tayangan, Najwa Shihab menanyakan tahun 2018 adalah akhir dari dua periode kepemimpinan Mulyono, lantas apa rencananya selanjutnya?
Menurut Mulyono, Desa Ponggok sudah maksimal mengelola potensinya, yang sulit adalah mempertahankan. Karenanya, ia memiliki mimpi lain yang harus dilompatinya.
Ingin mengintip Umbul Ponggok? Bisa follow instagramnya @ umbul_ponggok atau websitenya di sini. (man)